Banyak
fenomena unik yang sukar untuk diterima logika manusia namun ada di
kehidupan nyata. Menariknya lagi, fenomena tersebut ternyata sudah ada
dalam Alquran sebelum para ilmuwan membuktikan secara ilmiah. Salah
satunya tentang keberadaan sungai di dasar laut.
Penemuan tentang fenomena ini berawal
ketika Jacques Yves Costeau, seorang ahli kelautan (oceanographer) dan
ahli selam terkemuka dari Perancis yang melakukan penelitian bawah laut
di Cenota Angelita, Mexico. Penelitian tersebut dilakukan untuk tayangan
program televisi Discovery Channel.
Orang tua yang berambut putih ini sepanjang
hidupnya telah menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia.
Ia juga membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk
ditonton di seluruh dunia.
Ketika dirinya melakukan eksplorasi di
Mexico, ia menemukan air tawar di antara air laut yang asin. Keduanya
tidak bercampur, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi
keduanya. Sontak, penemuan itu membuatnya takjub.
Costeau pun kembali menyelam lebih dalam
lagi dan menyaksikan fenomena alam yang lebih mengejutkan. Betapa tidak.
Ia melihat ada sungai di dasar lautan. Sungai di bawah laut itu
ditumbuhi daun-daunan dan pohon. Para peneliti menyebut fenomena itu
sebagai lapisan Hidrogen Sulfida atau H2S.
Fenomena ganjil itu membuat heran Costeau
dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air
masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir bahwa fenomena itu
hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam.
Waktu pun terus berlalu setelah kejadian
tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan
tentang fenomena ganjil tersebut. Sampai pada suatu hari ia bertemu
dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena
ganjil itu.
Profesor itu teringat pada Alquran ayat
surat Ar-Rahman ayat 19-20 tentang bertemunya dua lautan yang sering
diidentikkan dengan Terusan Suez. Artinya: “
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” untuk melihat video dapat di lihat di link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=VdUuMrxEuZw
Waktu pun terus berlalu setelah kejadian
tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan
tentang fenomena ganjil tersebut. Sampai pada suatu hari ia bertemu
dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena
ganjil itu.
Profesor itu teringat pada Alquran ayat
surat Ar-Rahman ayat 19-20 tentang bertemunya dua lautan yang sering
diidentikkan dengan Terusan Suez. Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”
Kemudian dibacakan pula surat Al Furqan ayat 53, yang artinya: “Dan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar
lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
Dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang
bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi
muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai
dan air asin dari laut.
Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” artinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
Costeau pun terpesona mendengar ayat-ayat
Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang
pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Ia beranggapan Alquran ini
mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman
saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang
jauh terpencil di kedalaman samudera.
Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang
fenomena ganjil 14 abad yang silam, akhirnya terbukti pada abad 20.
Costeau mengatakan bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang
berisi firman Allah, yang seluruh kandungannyamutlak benar. Akhirnya ia
pun memeluk Islam. Jacques-Yves Cousteau yang lahir di Prancis pada 11
Juni 1910 itu pun meninggal dunia di Paris pada 25 Juni 1997.
Dinding Tak Tembus didalam Air
Ketika air tawar tersebut tidak tercampur
dengan air asin di bawah kedalaman laut, logika manusia akan menyebutkan
bahwa ada dinding yang dibuat di antara kedua sumber air tersebut.
Namun ternyata dinding tersebut tak pernah dibuat oleh manusia.
Kenyataannya ialah, ada semacam dinding
alami yang ternyata tak tertembus dan membuat air tawar dan air laut itu
menjadi tercampur. Dinding tersebut telah diciptakan oleh Allah dan hal
itu telah dijelaskan di dalam Alquran. Secara ilmiah, fenomena ini
disebut dengan fenomena Hidrogen Sulfida yang berarti adanya pertemuan
antara air asin dan air tawar namun tidak tercampur.
Bahkan fenomena ini juga membuat air tawar
yang berada di bawah laut tersebut memiliki bentuk yang mengalir
layaknya sebuah sungai. Apabila dipikir menggunakan logika manusia
biasa, maka tak akan ada yang mampu menjelaskannya. Tetapi ketika Allah
sudah berkehendak, maka apapun yang telah tertulis pasti akan terjadi
seperti apa yang sudah dikehendakinya.